Visca Barca,

Selamat datang di web Barca Blaugrana bagi pecinta sepakbola khususnya para penggemar Barcelona. Maksud & tujuan website ini adalah untuk mempererat tali persaudaraan sesama pendukung Barcelona dalam berinteraksi, berbagi info & berdiskusi mengenai berbagai hal menyangkut klub kebanggaan kita bersama. saran dan kritikan akan kami terima untuk kebaikan website ini. Sekian dan terima kasih.

FIDELITAT BLAUGRANA SENSE LIMITS, SOMOS LOS MEJORES, VISCA BARCA.

Rabu, 20 Februari 2013

Kala Milan Butuh (Sekelas) Kaka


Setelah empat partai digelar tengah pekan kemarin, Liga Champions kembali menyajikan empat laga pada tengah pekan ini. Satu gelaran menarik akan terjadi di Stadion San Siro, antara tuan rumah AC Milan dan tamunya FC Barcelona.

Sejatinya, panggung yang pantas untuk kedua klub ini memang adalah Liga Champions sebagai kasta tertinggi sepakbola Eropa. Apalagi dalam sepuluh tahun terakhir, keduanya telah mengambil jatah 50% trofi ‘Big Ears’, julukan untuk piala yang diperebutkan di Liga Champions, dengan porsi Milan dua kali dan Barca tiga kali dalam memenanginya. Belum lagi kebesaran klub dari sisi keuangan yang menyebabkan bukan sekali dua kali saja daftar belanja mereka menembus daftar pemain dengan harga selangit. Seolah menyangkal fakta-fakta historis yang demikian panjang terbentang, pendapat banyak figur penting sepakbola dunia justru menciptakan jurang awal antara kedua tim sebelum kick-off benar-benar dibunyikan. Tak tanggung-tanggung, beberapa yang menyampaikannya adalah tokoh yang telah berjasa bagi sang tuan rumah, diantaranya mantan bek kiri Paolo Maldini dan pelatih Fabio Capello. Apa pasal? Ada satu kata kunci yang identik dari semua pendapat, eksodus!

Idealnya tim sekelas Milan, yang terkenal dengan banyak legenda yang dihasilkan lewat akademi klub Primavera maupun rekrutan oleh talent scout di seluruh dunia, mampu melakukan regenerasi mulus setiap tahunnya. Bila ini yang diterapkan, harusnya penglihatan kita sebagai pencinta sepakbola secara umum terhadap skuad Milan di masa sekarang ini tetap menyajikan nama-nama yang tak asing dibanding saat menyaksikan mereka menjadi kampiun Eropa pada satu dekade terakhir. Toh, durasi ikatan seorang pemain bisa mencapai sepuluh tahun lebih di satu klub yang sama, mulai dari status penghuni bangku cadangan di kala masih muda, menapaki status pemain inti hingga menjadi bintang di usia puncak, dan kembali menghuni bangku cadangan saat usia mulai senja. Namun, Milan sekarang tidak mengikuti tradisi ini.

Sekarang mari menganalisa sejenak pengantar di atas terhadap kondisi teknis di lapangan. Dari skuad musim ini, hanya Christian Abbiati dan Massimo Ambrosini yang tercatat dalam tim yang dibawa Carlo Ancelotti menjuarai Liga Champions 2002/2003. Namun Abbiati hanya sebagai kiper cadangan tak bermain, sementara Ambrosini masuk lapangan di menit-menit akhir pertandingan. Mengacu ke raihan yang lebih dekat, yakni trofi tahun 2007, malah semakin menjauhkan Milan dari konsep ‘don’t change the winning team.’ Dari 18 pemain yang dibawa Don Carletto ke Stadion Olimpiade Athena untuk mengalahkan Liverpool di final, hanya Ambrosini sajalah yang masih bertahan hingga sekarang. Bayangkan, 17 pemain sudah tak berkostum yang sama lagi hanya dalam waktu lima tahun. Ini baru menggunakan ukuran ‘the winning team’ saja lho. Satu opini langsung menyeruak, bahwa terjadi sebuah eksodus yang menyebabkan regenerasi yang tidak sehat di Milan.

Maka, dari semua perubahan komposisi pemain di Milan dalam beberapa tahun terakhir, ketidakhadiran siapakah yang paling memberikan pembeda terhadap laga kontra Barca pada Rabu malam waktu setempat ini? Mengingat Barca selalu memenuhi lapangan tengah dengan gelandang-gelandang kreatifnya, maka tak perlu lama memastikan bahwa Milan pun sejatinya harus menyediakan minimal seorang lawan tanding yang sepadan di lini tengah. Di sini terlihat betapa Milan kehilangan seorang pengatur serangan kreatif pada diri Kaka, pemain pujaan Milan periode 2003-2009. Walaupun tanpa Kaka, Milan sebenarnya masih sempat menjuarai Serie A pada musim 2010/2011. Tapi sekali lagi, khusus melawan Barca, di samping memiliki gelandang bertahan yang kuat dan ngotot, diharuskan bagi sebuah tim untuk menempatkan seorang gelandang serang yang kreatif dan dinamis berkelit di antara kepungan para gelandang Barca.

Bagaimana sebenarnya Milan bermain sehingga pengatur serangan sekelas Kaka sangat mereka butuhkan untuk menghadapi Barca? Tak jauh berbeda dengan gaya klub-klub Italia pada umumnya, Milan adalah tim yang gemar mencari dan mempertahankan kemenangan tipis. Ini bahasa konkritnya untuk sebuah paham efektivitas permainan yang mereka usung. Maka dengan pola 4-3-1-2 yang lazim dimainkan Milan, efektivitas itu tergambar dari penempatan dua orang breaker mengapit seorang gelandang bertahan. Penyebutan peranbreaker sendiri sebenarnya kurang tepat bila mengacu kepada profil asli Riccardo Montolivo dan Antonio Nocerino yang cukup mapan di posisi tersebut. Keduanya sebenarnya bermain lebih menyerang saat masih berkostum tim sebelumnya, Fiorentina bagi Montolivo dan Palermo bagi Nocerino. Namun di Milan, frekuensi mereka melakukan manuver-manuver menuju jantung pertahanan lawan terlihat berkurang. Mereka terlihat lebih bermain ke dalam area permainan sendiri menutup lubang yang ditinggalkan bek sayap Milan yang merangsek ke depan. Sebaliknya dukungan mereka ke kotak penalti lawan lebih bersifat mengirimkan umpan tanpa penetrasi langsung. Maka, dengan skenario inilah diperlukan seorang pengatur serangan bagi Milan untuk benar-benar menguasai area di belakangstriker dan di depan para gelandang.

Di sini problem Milan. Kevin Prince Boateng yang sering diplot pelatih Massimiliano Allegri sebagai playmaker terlihat belum mencapai level atas untuk perannya tersebut. Alih-alih mengharapkannya memanjakan para penyerang Milan, malah penyerang muda Stephan El-Shaarawy yang menjadi top-assist Milan di liga dengan empat assists hingga pekan ke-25 kemarin. Saudara dari pesepakbola Jerome Boateng ini masih lebih dikenal dengan kekuatan fisik dan kecepatan larinya, sementara skill olah bola dan umpan akurat sebagai kriteria wajib pengatur serangan belum dimilikinya. Maka, bila dibandingkan setidaknya dengan empat kali laga pada Liga Champions musim lalu, masih lebih sengit perebutan dominasi lini tengah antara kedua klub saat Kaka masih memperkuat Milan di masa lalu. Prediksi yang demikian memiliki basisnya untuk terjadi kembali pada laga di San Siro nanti.
Tak terlalu produktif dalam hal menyerang, Milan juga keropos di belakang. Kebobolan 31 gol dari 25 laga liga mengesankan seolah-olah Milan tak berhak clean-sheet dengan komposisi yang sekarang. Mengandalkan komando Phillipe Mexes di belakang sepertinya belum menjamin bahwa formasi empat bek Milan mampu mengamankan gawang Abbiati dari ancaman lawan.

Maka, bagaimana sebaiknya Barca merespon keadaan tuan rumah yang demikian? Dengan mengacu pada dominasi lini tengah yang tampaknya tidak terlalu sulit diwujudkan, tak perlu lebih dari dua gelandang serang diturunkan sebagai starting-eleven Barca. Tentu ini sebatas analisa, tidak dimaksudkan sebagai wujud arogansi Jordi Roura bahwa kemenangan akan mudah diperoleh timnya. Selebihnya, Barca bisa mengeksploitasi lini belakang Milan yang sudah termakan usia dengan kecepatan Pedro Rodriguez, Cristian Tello ataupun Alexis Sanchez. Bila dua diantara mereka dimainkan untuk mengapit Messi dari sisi sayap, perlu diingat pula bahwa berputar-putar di area depan kotak penalti juga tak kalah penting bagi Barca mengingat usia Mexes dan Ambrosini sebagai komandan pertahanan sudah tidak muda lagi. Satu variasi lain yang bisa diterapkan oleh Roura adalah mendorong Dani Alves mengisi sayap kanan sehingga Barca bermain dengan pola 3-4-3. Strategi ini sudah beberapa kali diaplikasikan oleh Josep Guardiola saat melawan Milan musim lalu. Intinya adalah, Barca punya kesempatan besar untuk lebih menyerang pada partai ini.

Apapun komposisi yang nantinya ditampilkan kedua pelatih, laga ini menarik ditunggu. Lautan prestasi keduanya di kancah Eropa di masa lalu telah menunjukkan ada gen prestasi kelas atas pada masing-masing klub. Tentu, sebagai Barcelonistas, kita semua berharap, Barca-lah pemenangnya.


Perkiraan formasi:
Milan (4-3-1-2): Abbiati; Abate, Zapata, Mexes, Constant; Ambrosini, Montolivo, Nocerino; Boateng, El Shaarawy, Pazzini.
Barca (4-3-3): Valdes; Alves, Pique, Puyol, Alba; Busquets, Alcantara, Iniesta; Sanchez, Messi, Pedro.

Visca Barca!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar