Visca Barca,

Selamat datang di web Barca Blaugrana bagi pecinta sepakbola khususnya para penggemar Barcelona. Maksud & tujuan website ini adalah untuk mempererat tali persaudaraan sesama pendukung Barcelona dalam berinteraksi, berbagi info & berdiskusi mengenai berbagai hal menyangkut klub kebanggaan kita bersama. saran dan kritikan akan kami terima untuk kebaikan website ini. Sekian dan terima kasih.

FIDELITAT BLAUGRANA SENSE LIMITS, SOMOS LOS MEJORES, VISCA BARCA.

Rabu, 13 Maret 2013

Tactical Analysis Real Madrid 2-1 FC Barcelona


messi
Dalam seminggu terakhir, dua pentas El-Clasico digelar. Diawali dengan pertarungan perebutan tiket final Copa del Rey 2012/2013, FC Barcelona dan Real Madrid CF berduel lagi dalam lanjutan La Liga jornada 26. Tak berbeda jauh dengan partai pertama yang dimenangkan oleh Si Putih, kemenangan mereka di laga terakhir ini juga ditandai dengan belum kembalinya ‘nyawa’ Barca yang tampaknya telah hilang dalam partai-partai besar di tahun 2013 ini. Apa yang kita lihat sewaktu di Stadion Camp Nou sewaktu Barca menjamu Madrid di Copa del Rey, tersalin ulang saat Madrid ganti menjamu Barca di Stadion Santiago Bernabeu. Barca yang kembali kalah dan tidak tajam dalam menyerang Madrid.
FC Barcelona vs Real Madrid, starting eleven
Kedua tim melakukan perubahan formasi atau komposisi dibanding laga keduanya pada tengah pekan sebelumnya. Yang menarik adalah perubahan yang dilakukan oleh Jose Mourinho di Madrid tergolong bukan hal yang rutin kita pikirkan tentang ia. Tercatat dalam 16 kali El-Clasico yang dilaluinya sejak musim 2010/2011, Mou selalu memainkan formasi yang cenderung dengan bertahan dengan minimal dua pengisi slot gelandang bertahan, bahkan terkadang tiga pemain bertahan sekaligus diletakkannya di depan duet bek tengah Madrid. Namun pada duel klasik yang ke-17 kemarin, hanya Pepe yang berperan demikian, sementara Luka Modric yang naik turun menemaninya di sektor tengah tidak murni berperan mengawal wilayah pertahanan Madrid. Mou makin nyaman menyerang di El-Clasico.
Kejutan lainnya, sama seperti debut Raphael Varane di El-Clasico 30 Januari lalu yang berbuah manis dengan sebuah gol sundulan olehnya, maka uji nyali oleh Mou dengan menampilkan penyerang muda Alvaro Morata menjalani laga El-Clasico perdananya di Bernabeu tersebut juga berjalan sukses dengan sebuah assist olehnya bagi gol Karim Benzema di menit-menit awal pertandingan. Tampaknya Mou telah sukses memotivasi anak-anak muda di Madrid menjalani sebuah laga besar berjudul El-Clasico.
Yang paling terlihat berbeda dari skuad Madrid adalah keputusan Mou mengistirahatkan hampir sebagian besar pemainnya untuk menatap putaran kedua perdelapan final Liga Champions kontra Manchester United yang digelar tengah pekan ini. Tanpa Alvaro Arbeloa, Sami Khedira, Mesut Ozil, Cristiano Ronaldo dan Gonzalo Higuain yang didaftarkan di bangku cadangan, serta Xabi Alonso yang cedera dan Angel di Maria yang menjalani hukuman larangan bermain, baru kali ini kita bisa melihat pemain-pemain lapis kedua Madrid diberanikan oleh Mou untuk tampil serempak, bahkan di partai ‘remeh-temeh’ melawan tim semenjana sekalipun di La Liga. Dan dari semua yang disimpan Mou, terlihat bahwa hanya lini belakang saja yang masih memainkan pemain lapis pertama pada diri wakil kapten Sergio Ramos. Komposisi pemain seperti ini masuk akal berdasarkan posisi klasemen di awal Maret 2013 ini, sehingga menjadi lebih logis buat Madrid berjuang di Liga Champions dibanding La Liga.
Di pihak Barca, Jordi Roura mengemas 4-3-3 dengan memasukkan tiga tenaga segar ke dalam tim. Mengacu kepada kurang harmonisnya pembagian area lapangan di partai sebelumnya, Andres Iniesta ditarik mundur sebagai gelandang serang menempati pos Cesc Fabregas. Di tengah, Iniesta berduet dengan Thiago Alcantara yang menggantikan peran Xavi Hernandez. Terhadap posisi yang ditinggalkan oleh Iniesta, Roura memasang David Villa sebagai sayap kiri Barca. Tujuan dari perubahan ini tentunya untuk meninggalkan potensi bentrok wilayah seperti yang sempat terjadi pada laga-laga sebelumnya, serta untuk menambah efektivitas serangan Barca dari kedua arah. Satu perubahan penting lain dilakukan oleh Roura dengan memasukkan Javier Mascherano menggantikan Carles Puyol sebagai teman duet Gerard Pique.
Bermainnya David Villa memberikan efek positif bagi Barca. Kerjasama satu duanya dengan Jordi Alba beberapa kali sukses membongkar sisi kanan Madrid yang dikawal Michael Essien. Villa yang rajin berlari mengejar bola terlihat sangat menghargai kesempatan langka yang diberikan kepadanya untuk terdaftar sebagai starting-eleven Barca. Satu kontribusinya yang perlu dicatat adalah dari dua shots-on-goal Barca, salah satunya berasal dari gebrakannya di sektor kiri mengelabui Essien untuk berikutnya mengirimkan umpan pendek bagi Lionel Messi.
Sebaliknya di sisi kanan, terlepas dari sebuah assist-nya bagi Messi di menit ke-18, Dani Alves tidaklah bermain pada level memuaskan. Gol pertama Madrid mungkin tidak perlu terjadi apabila Alves tidak melonggarkan hitungan detik yang diberikannya bagi Morata untuk mengatur pengiriman umpan ke Karim Benzema yang telah berdiri bebas menjauh dari kawalan Mascherano di kotak penalti Barca. Seperti tampak menyepelekan Morata, Alves pun lagi-lagi membiarkan Morata berdiri bebas menyundul umpan menyilang Modric yang dikirim dari sisi agak kiri pertahanan Barca. Seolah-olah menegaskan bahaya dari sektor yang dikawalnya, sepak pojok yang berujung gol oleh Ramos juga diambil dari sudut di sebelah kanan gawang Pinto.
Satu hal yang patut dipertanyakan bagi skuad Roura saat ini adalah level motivasi mereka untuk tampil laksana seorang pejuang ‘hidup atau mati’ di lapangan. Saat kita melihat selebrasi gol balasan oleh Messi, terlalu sederhana rasanya ungkapan yang ditunjukkan oleh Messi dan serombongan pemain Barca lainnya yang berlari ke arahnya di dekat tiang bendera sepak pojok Madrid. Untuk sebuah penyamaan rekor gol Alfredo di Stefano di El-Clasico, mencetak gol dalam 16 laga La Liga secara beruntun, dan kemampuan tim bangkit mencetak gol penyama kedudukan (bukan sekedar gol penghiburan seperti gol Alba pada laga sebelumnya), maka gaya Messi yang biasanya berlari kencang dengan mengibas-ngibaskan kedua tangan di depan dadanya sesaat setelah mencetak gol menjadi wajar kembali diharapkan. Namun itu tidak terjadi, tak bersemangatkah Messi dengan golnya?
Soal motivasi ini juga menjadi masalah bila kita melihat proses kebobolan Barca di gol pertama dan kedua. Pengawalan yang minimal menjadi faktor pembuka terciptanya kedua gol tersebut. Bila kawalan Alves dan Mascherano terhadap umpan Morata dan positioningBenzema yang jadi masalah pada gol pertama, maka lompatan Pique yang sama sekali tidak mengganggu sundulan Ramos pada gol kedua menimbulkan tanya soal rasa lapar akan kemenangan pada diri pemain-pemain Barca. Satu catatan penting bahwa dalam tiga kali kebobolan lewat sundulan saat melawan tim ibukota tersebut di 2013 ini, Pique seluruhnya berada sebagai pemain berposisi terdekat dengan si pencetak gol (Varane dua gol dan Ramos satu gol). Dan seluruhnya dilakoni Pique lewat lompatan tanpa gangguan. Kiranya ini bisa mengindikasikan bahwa secara positioning membaca arah bola, Pique masih bisa diandalkan, namun untuk gangguan bagi pengancam gawang Barca, dia sedang berada pada tren menurun.
Mou tampaknya benar-benar menginginkan kemenangan pada laga tersebut. Meski diawali dengan sejumlah pemain lapis kedua, ia tidak melakukan pergantian pemain dengan orientasi bertahan. Bahkan bintang utamanya, Ronaldo, pun diturunkan untuk menambah gedoran Madrid. Terkait soal motivasi ini, Barca bolehlah belajar untuk mengambil sisi positif, bahwa dengan 33 menit di lapangan, Ronaldo seorang mampu melepaskan enam tembakan, lebih tinggi dari total lima tembakan yang dilepaskan Barca dan jumlah maksimum tiga tembakan yang dicatatkan secara individu dari kedua tim pada laga tersebut.
Menarik untuk menyimak strategi yang dititipkan Roura bagi Barca lewat masuknya Adriano Correia menggantikan Pedro Rodriguez di menit ke-77 dan Cristian Tello bagi Thiago di menit ke-85. Baik sebelum dan sesudah masuknya Tello sebagai pergantian pemain ketiga bagi Barca, Adriano diplot oleh Roura untuk menjadi sayap kanan. Dengan tingkat agresivitas Alves yang tinggi, idealnya posisinya lebih mendekati gawang Madrid dibanding Adriano. Perlu diingat, Alves sudah mencetak 4 assist dari 7 laga terakhir di La Liga. Sebagai tambahan, mengacu pada rawannya sektor kanan Barca di sepanjang laga tersebut, ditemukan sebuah alasan tepat untuk menjauhkannya dari gawang Pinto. Belum terang benar bagaimana Roura membedakan efektivitas Alves dan Adriano saat menyerang dari sisi kanan Barca. Penempatan Adriano yang lebih ke depan menyebabkan sebenarnya Barca bermain dengan empat penyerang sejak Tello masuk dengan Messi sedikit ditarik mundur. Sayangnya, selain kontribusi rasa bersalah pada wasit Perez Lasa yang tak mengesahkan pelanggaran atas dirinya di kotak penalti Madrid di pengujung laga, Adriano tidak terlihat memberikan dampak signifikan dengan posisinya di lini serang Barca.
Mengawali Maret dengan kekalahan, Barca perlu segera berbenah. Masih ada sebuah pertandingan sangat menentukan di bulan ini saat Barca mengadu nasib mengejar ketinggalan dua gol away melawan AC Milan. Jangan menyerah, Barca!
Visca Barca!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar