Visca Barca,

Selamat datang di web Barca Blaugrana bagi pecinta sepakbola khususnya para penggemar Barcelona. Maksud & tujuan website ini adalah untuk mempererat tali persaudaraan sesama pendukung Barcelona dalam berinteraksi, berbagi info & berdiskusi mengenai berbagai hal menyangkut klub kebanggaan kita bersama. saran dan kritikan akan kami terima untuk kebaikan website ini. Sekian dan terima kasih.

FIDELITAT BLAUGRANA SENSE LIMITS, SOMOS LOS MEJORES, VISCA BARCA.

Rabu, 13 Maret 2013

Dimana Celahmu, Milan?


Mungkin inilah pertandingan paling menentukan bagi FC Barcelona di sepanjang musim ini. Dengan format turnamen yang sudah memasuki tahapan sistem gugur, sekedar menang ternyata tak cukup bagi Si Biru Merah. Dalam laga super penting ini, Barca wajib menang besar. Dan itu harus dicapai dalam sebuah duel melawan klub Italia ber-DNA Eropa, AC Milan, dalam putaran kedua babak 16 besar Liga Champions 2012/13 pada hari Selasa, 12 Maret 2013, malam waktu setempat.
Pertandingan pertama sudah digelar hampir tiga pekan yang lalu di Stadion San Siro, Milan. Membiarkan diri diserang sejak awal babak pertama, Milan menemukan momentumnya saat mampu mencetak gol pertama yang berawal dari situasi bola mati di wilayah pertahanan Barca. Setelah secara bertahap memulihkan kepercayaan diri pasca gol tersebut, Milan pun akhirnya mampu mencetak gol kedua dari sebuah serangan balik cepat saat laga tinggal menyisakan waktu sekitar sepuluh menit lagi.
Ragam statistik pertandingan tersebut boleh jadi mengharuskan para Barcelonistas sejenak mengurut dada. Satu contoh mudah adalah catatan Soccernet yang menyebutkan bintang Barca, Lionel Messi, hanya mampu melepaskan dua tembakan saja di sepanjang laga, bahkan hanya dibiarkan satu kali memegang bola di daerah kotak penalti Rossoneri. Lalu, bagaimana Barca harus membalikkan keadaan di laga kandang nanti?
Milan mengarungi Serie A musim ini dengan catatan meningkat. Sempat terseok-seok hingga peringkat 18 pada giornata ke-8, Milan kini sudah bertengger di posisi tiga klasemen di bawah Juventus dan Napoli. Dari 28 pekan yang sudah dijalani, Milan mengoleksi 15 kemenangan, yang setengahnya diperoleh di laga kandang. Milan tak pernah memperoleh hasil seri bila bertanding di San Siro. Dari enam hasil seri, seluruhnya merupakan pencapaian laga tandang. Selisih gol 50-32 menjadi gambaran produktivitas Milan musim ini.
Bagaimana hasil seri menjadi sebuah ‘prioritas’ bagi Milan saat keluar San Siro di Serie Atampaknya akan terulang lagi pada laga kontra Barca nanti. Memang belum tentu Milan akan bertahan total, apalagi dengan tabungan dua gol, lebih mudah bagi Milan untuk menentukan sendiri rencana pertandingan untuknya tanpa harus berstrategi menunggu serangan Barca terlebih dahulu.
Menarik menyimak seperti apa kira-kira formasi yang akan ditampilkan oleh Massimiliano Allegri bagi Milan. Sudah cukup sering formasi utama 4-3-3 diejawantahkannya ke dalam varian lain, seperti 4-2-3-1 ataupun 4-3-1-2. Bahkan, lima hari setelah melawan Barca di putaran pertama, Allegri tidak memainkan seorang pun gelandang bertahan murni saat dijamu saudara sekota Inter Milan dalam Derby della Madonnina. Saat itu, Riccardo Montolivo, yang sudah sering berperan sebagai trequartista saat di Fiorentina ataupun tim nasional Italia, bermain di pos gelandang bertahan yang biasa diisi oleh Massimo Ambrosini.
Satu-satunya yang konsisten dari formasi Allegri adalah format empat pemain belakang. Duet bek tengah Philippe Mexes dan Cristian Zapata akan tetap dipertahankan. Milan memiliki keuntungan untuk posisi bek sayap. Milan punya Mattia De Sciglio, bek multifungsi yang sama fasihnya untuk beroperasi di sisi kiri dan kanan. Bersama bek kanan Ignazio Abate serta bek kiri Kevin Constant, Allegri akan memilih dua diantaranya untuk menutup kotak penalti Milan dari arah tepi lapangan.
Yang menarik, seluruh pemain belakang Milan adalah berpostur tinggi, dimana duet Mexes-Zapata memegang rekor dengan tinggi badan 187cm. Ini menjadi kendala bagi Barca bila hendak menyerang lewat bola udara. Alexis Sanchez, sebagai pemain Barca terakhir yang mencetak gol lewat sundulan sebelum laga nanti, hanya memiliki tinggi 169cm, tak jauh berbeda dengan penyerang tengah Barca lainnya seperti David Villa. Namun, bukan berarti skenario serangan Barca sudah tertutup rapat dari bola udara. Mengandalkan umpan-umpan silang Dani Alves, bisa saja Sanchez diplot untuk menjadi pengganggu lompatan Mexes-Zapata dan menyiagakan Messi atau gelandang serang Barca lainnya menyambut bola muntah di sekitar kotak penalti Milan.
Dari sisi Barca, membongkar pertahanan Milan perlu upaya ekstra sabar dan penuh kreativitas. Mexes dan Zapata dipastikan tidak akan naik membantu serangan Milan. Sementara untuk menghindari terulangnya statistik serangan yang tumpul, Barca bisa mengubah pos Messi tidak lagi persis berada sebagai penyerang tengah Barca. Menarik mundur Messi dan menempatkan Sanchez atau Villa sebagai penyerang tengah bisa jadi alternatif untuk memecah konsentrasi marking Mexes dan Zapata.
Bagaimanapun Barca harus lebih agresif sejak menit pertama. Dengan skenario penambahan pos di depan Messi, terdapat variasi untuk mengirimkan bola langsung ke depan di saat tiki-taka Barca menemui jalan buntu. Saat umpan seperti ini efektif diterapkan, dampak positif yang diharapkan kemudian adalah dua bek sayap Milan akan semakin terdesak bermain merapat ke posisi Mexes dan Zapata sehingga Jordi Alba dan Alves dapat naik menusuk ke sisi kosong yang mereka tinggalkan.
Bila tak efektif dengan penempatan seorang penyerang tengah di depan Messi, maka alternatif lain dapat dimunculkan dengan mengoptimalisasi daya ledak Cristian Tello. Sisirannya yang penuh kecepatan dari tepi lapangan diharapkan dapat membuka celah kosong di daerah sektor kanan pertahanan Milan. Namun lagi-lagi, di dalam skenario ini, Barca perlu memastikan seorang pemain pasti bersiaga di kotak penalti Milan untuk menunggu bola sodoran dari Tello, Alba ataupun Alves. Tinggal bagaimana Roura mensiasati optimalisasi kecepatan Tello, apakah dengan memainkannya sebagai starting-eleven ataukah menyiapkannya masuk lapangan di babak kedua saat tenaga bek kanan Milan sudah sedikit terkuras.
Di tengah, Montolivo tidak akan menjalani lagi peran sebagai gelandang bertahan. Allegri akan memainkan kembali Ambrosini yang sengaja disimpan saat Milan menang 2-0 lawan Genoa hari Jumat, 8 Maret 2013, kemarin. Satu slot tersisa untuk posisi gelandang akan diperebutkan oleh Mathieu Flamini, Sulley Ali Muntari dan Antonio Nocerino. Dengan kesuksesannya menjalankan peran saat putaran pertama, Allegri tampaknya akan tetap memilih Muntari dalam starting-eleven-nya nanti.
Di sektor ini, dilema akan muncul bagi Jordi Roura. Asisten pelatih Barca ini akan dipusingkan untuk memilih dua diantara empat gelandang serang utamanya, yakni Andres Iniesta, Cesc Fabregas, Thiago Alcantara dan Xavi Hernandez. Kendalanya, keempatnya memiliki karakter bermain yang hampir sama, yakni mengutamakan bola-bola pendek, tidak kuat dalam bola udara, dan tidak mengandalkan kecepatan apalagi duel fisik. Namun, untuk mensinkronkan upaya penambahan slot penyerang tengah seperti disebutkan di atas, ada baiknya Roura mengedepankan duet Fabregas dan Iniesta. Fakta bahwa keduanya lebih lincah dibanding Xavi untuk menyebar dari lingkaran tengah lapangan ke sektor sayap atau pun naik ke kotak penalti lawan menjadi faktor pendukung skenario alternatif Barca saat keduanya terkepung rapatnya pengawalan oleh tiga gelandang Milan. Untuk pos gelandang bertahan, Sergio Busquets menjadi pilihan utama kali ini.
Untuk lini serang, perubahan gaya bermain akan terlihat pada Milan. Dengan absennya ujung tombak Giampaolo Pazzini, Allegri akan mendorong posisi Kevin-Prince Boateng lebih ke depan. Pilihan ini lebih rasional bagi Allegri daripada menggeser top-scorer Serie A Stephan El Shaarawy untuk bermain lebih ke tengah. Bagaimanapun, keberadaan Il Faraone lebih dibutuhkan Allegri untuk meredam frekuensi naiknya Alves membantu serangan Barca. Shaarawy dan Robinho akan mengapit Boateng dari sektor kanan dan kiri pertahanan Barca. Sekalipun beroperasi di tengah, peran Boateng bukanlah sebagai penyelesai akhir, dia akan bergerak horizontal ke kiri dan ke kanan mengganggu konsentrasi bek Barca yang sedang berusaha menghadang giringan bola Robinho ataupun Shaarawy.
Buat Barca, dengan keharusan mencetak tiga gol tanpa kebobolan, penempatan pemain di lini belakang bisa menjadi awal agresivitas. Memainkan Alexandre Song sebagai pasangan Gerard Pique menjawab beberapa kebutuhan sekaligus. Pertama, dengan postur yang lebih tinggi dibanding Carles Puyol ataupun Javier Mascherano, antisipasi bola udara ke kotak penalti Barca tidak hanya menjadi beban Pique semata. Ini perlu diantisipasi mengingat beberapa kebobolan terakhir Barca di partai krusial berasal dari gol sundulan. Berikutnya, dalam situasi kebuntuan target-men dan diburu waktu, Song dapat menjadi pemantul efektif di kotak penalti Milan. Strategi yang sama pernah dilakukan oleh Josep ‘Pep’ Guardiola pada semifinal Liga Champions musim 2009/10 dan 2011/12 saat mendorong pemain-pemain berpostur tinggi namun bukan berposisi penyerang seperti Seydou Keita dan Pique menjadi tujuan umpan-umpan silang dari Barca. Walau tidak berhasil mengejar defisit gol, namun variasi taktik oleh Pep ini bisa sangat dipertimbangkan oleh Roura.
Barca perlu ketenangan menjalankan segala skenario untuk mencari celah di pertahanan Milan. Masih ada 90 menit waktu tersisa, atau mungkin laga 120 menit akan tercipta. Berjuanglah, Barca! Som Un Equip!
Perkiraan formasi:
Milan (4-3-1-2): Abbiati; Abate, Zapata, Mexes, Constant; Ambrosini, Montolivo, Muntari; Boateng, El Shaarawy, Robinho.
Barca (4-3-3): Valdes; Alves, Pique, Song, Alba; Busquets, Cesc, Iniesta; Sanchez, Messi, Villa.
Visca Barca!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar