Visca Barca,

Selamat datang di web Barca Blaugrana bagi pecinta sepakbola khususnya para penggemar Barcelona. Maksud & tujuan website ini adalah untuk mempererat tali persaudaraan sesama pendukung Barcelona dalam berinteraksi, berbagi info & berdiskusi mengenai berbagai hal menyangkut klub kebanggaan kita bersama. saran dan kritikan akan kami terima untuk kebaikan website ini. Sekian dan terima kasih.

FIDELITAT BLAUGRANA SENSE LIMITS, SOMOS LOS MEJORES, VISCA BARCA.

Sabtu, 13 April 2013

Tactical Analysis FC Barcelona – PSG


messi
Menjamu Paris Saint-Germain dalam laga putaran kedua babak 8 besar Liga Champions Rabu malam, 10 April 2013, waktu setempat, FC Barcelona tidak tampil sesuai ekspektasi publik sepakbola dunia. Sempat tertinggal 0-1, Barca akhirnya menyamakan kedudukan 1-1 dan meraih tiket ke semifinal lewat aturan gol tandang.
Dibandingkan dengan laga di Paris, ada tiga perubahan komposisi pemain yang dilakukan Barca dalam pertandingan yang digelar di stadion kebanggan publik Catalan, Camp Nou, tersebut. Kesemuanya terkait dengan kondisi fisik. Pertama, Pedro Rodriguez yang baru sembuh dari cedera bermain sebagai sayap kiri. Ia ‘menyingkirkan’ Alexis Sanchez yang sedang dalam kondisi psikologis prima setelah menghasilkan sepasang gol pada laga akhir pekan kontra Real Mallorca. Kedua, Cesc Fabregas diturunkan sebagai startermenggantikan Lionel Messi yang karena baru saja sembuh dari cedera, tidak bisa diharapkan untuk tampil penuh. Yang ketiga, Adriano Correia dipasang sebagai partner Gerard Pique di lini belakang. Adriano sendiri juga mengalami kondisi yang mirip dengan Pedro, ia baru saja sembuh dari cedera.
Ketiga perubahan yang dilakukan Barca ternyata benar-benar dieksploitasi oleh PSG. Terlepas dari golnya ke gawang Salvatore Sirigu, sebenarnya Pedro tidak bermain efektif. Ia bermain terlalu keluar dari area jangkauan umpan Fabregas dan Andres Iniesta. Penetrasinya juga tidak muncul sama sekali. Satu-satunya peluang berbahaya yang berhasil ia lakukan adalah saat tembakannya menerpa jaring sebelah kanan dari gawang Sirigu di babak pertama. Idealnya, dengan frekuensi naiknya Christophe Jallet mendukung serangan PSG yang dibangun bersama Lucas Moura dari sektor kiri pertahanan Barca, Pedro dapat bermain lebih kreatif memanfaatkan ruang kosong yang ditinggalkan Jallet. Sepertinya fisik yang baru pulih menjadi faktor di belakang lemahnya manuver-manuver Pedro.
1
Yang kedua terkait penampilan Fabregas. Seketika kenangan hat-trick yang dilesakkannya tidak berbekas lagi hingga menit pertandingan menunjukkan angka 62 saat ia digantikan oleh Messi. Apa yang salah dengan permainan mantan bintang The Gunners ini? Pertama sekali tentu kita harus sadar bahwa sekalipun ia mampu mencetak tiga gol di jornadaterakhir La Liga, ia bukanlah seorang penyelesai akhir berposisi penyerang murni. Mirip dengan peran Messi, ia naik ‘membayangi’ penyerang tengah Barca ketika umpan dari sayap dilemparkan ke kotak penalti lawan. Kendalanya, di laga tersebut Pedro di kiri dan David Villa di kanan bermain terlalu melebar, menyebabkan Fabregas justru acap terperangkap sendirian dalam posisi yang sudah terlalu naik sebagai target-men.
Yang terakhir adalah eksploitasi adu fisik oleh PSG terhadap Adriano. Tampaknya kondisi fisik Adriano belum benar-benar siap tempur, atau mungkin ada sedikit trauma psikologis yang masih membekas pasca sembuh dari cedera untuk bersaing berebut bola dengan pemain-pemain PSG. Sepanjang pertandingan, bukan hal yang jarang bila Adriano gagal dalam duel udara. Tidak hanya itu saja, dibandingkan serangan yang dibangun Javier Pastore dari sisi sebaliknya, sebenarnya kolaborasi Moura dan Jallet sering berhasil membongkar pertahanan Barca dari area yang didiami Adriano dan bek kiri Jordi Alba. Puncaknya, Adriano gagal me-marking Moura dan melakukan terjangan berbahaya terhadap kompatriotnya dari Brasil, Moura, pada menit ke-42. Akibat dari pelanggaran tersebut, Adriano dikartu kuning oleh wasit. Ia menjadi satu-satunya pemain Barca yang menerima kartu kuning pada laga itu.
Keberadaan Adriano semakin dimanfaatkan oleh PSG lewat status kartu kuning yang diterimanya. Bila disimak tayangan ulang gol oleh Pastore, umpan bersih yang diterimanya dari Ibrahimovic adalah buah dari keputusan Ibrahimovic untuk memancing Adriano keluar dari sarangnya. Bola yang didapat oleh Ibrahimovic di lingkaran tengah permainan ditahan sebentar di kakinya. Adriano, yang mungkin sadar dengan statusnya yang ‘tidak bersih’, terlihat ragu-ragu memutuskan untuk naik menutup Ibrahimovic. Akhirnya Ibrahimovic benar-benar melepaskan bola dari kakinya saat Pastore sudah mengambil tumpuan kecepatan berlari sementara posisi pemain-pemain Barca, terutama Adriano, sudah bergeser tak terkoordinasi.
Satu hal yang mungkin tidak diantisipasi oleh duet Francesc ‘Tito’ Villanova dan Jordi Roura adalah sekalipun berkemampuan serba bisa dan sama efektifnya lewat kaki kiri dan kanan, sifat alami Adriano adalah bermain di area vertikal menyisir tepi lapangan. Penguasaan wilayah yang bersifat horizontal, yang wajib dikuasai seorang bek tengah ataupun gelandang bertahan, tidak menjadi keunggulan dari dirinya. Maka ketika berhadapan dengan beberapa pemain PSG yang secara sekaligus naik menyerang balik Barca, ia terlihat gamang berkoordinasi dengan bek-bek Barca menutup wilayah yang dimasuki oleh Moura, Lavezzi dan Pastore dari area di belakang Ibrahimovic.
2
Sadar dengan titik-titik yang diincar oleh PSG, duet Tito-Roura langsung mengganti dua pemain, yakni Messi dan Marc Bartra untuk mengisi posisi Fabregas dan Adriano. Selain untuk menyisakan satu jatah pergantian di sisa waktu berjalan, ketidakefektifan Pedro di sayap kiri diperbaiki tidak dengan menggantinya, melainkan dengan merapatkan posisinya dengan Villa. Dalam skenario ini, Messi lebih ditarik ke belakang dibanding posisi awal yang ditempati Fabregas. Ditambah faktor psikologis dengan gemuruh seisi stadion saat Messi mulai menginjakkan kakinya di lapangan, Barca terlihat mulai meningkatkan alur serangannya.
Dari sisi PSG, tidak ada perubahan formasi yang dilakukan oleh Carlo Ancelotti. Hanya, dalam formasi 4-4-2 yang diterapkannya, ia memasukkan duet ‘baru’ di lini tengah, yakni Thiago Motta dan Marco Verratti. Kedua pemain nasional Italia ini tetap menjalankan peran yang serupa dengan yang dijalankan oleh David Beckham dan Blaise Matuidi di laga putaran pertama. Duet Motta-Verratti menutup area di depan pasangan bek tengah Alex dan Thiago Silva, dan saat menguasai bole mereka langsung bergerak cepat mengirim umpan langsung ke depan ataupun sisi lapangan.
3
Moura menjadi pemain PSG yang paling sering mengancam gawang Victor Valdes pada malam itu. Sesekali ia melakukan penetrasi lewat pinggir lapangan, di lain waktu ia menjadi satu-satunya pemain PSG yang berada di kotak penalti Barca untuk menyundul umpan Ibrahimovic. Ada kalanya pula ia menguji nyali bek Barca yang tidak menutup ruang tembaknya dengan melepaskan tembakan dari luar kotak penalti. Secara umum, mobilitas dan kecepatan bereaksi yang ditunjukkan oleh para pemain PSG tidak mampu diimbangi oleh Barca, dan ini menjadi salah satu faktor mengapa sekalipun ball-possession dikuasai Barca, namun PSG mampu mendominasi statistik shots-on-goal.
Terdesak oleh waktu, Ancelotti memasukkan tiga pemain di sisa sepuluh menit pertandingan. Semua pergantian yang ia lakukan dimaksudkan untuk memaksimalkan umpan langsung ke kotak penalti Barca, terutama dengan masuknya Beckham menggantikan Verratti. Dari pihak Barca, kontra strategi oleh Tito-Roura adalah dengan menurunkan Alexandre Song menggantikan David Villa. Walaupun berperan sama, Song berbagi wilayah dengan Sergio Busquets dimana Song lebih banyak bergerak ke kanan, sementara Busquets dalam arah yang berlawanan. Strategi ini dapat dibaca sebagai antisipasi jitu Tito-Roura lewat formasi 4-2-2-2 yang diperkenalkannya sejak menit ke-84 saat Song masuk. Dengan lebih banyak ke kanan, tenaga Song yang lebih segar dapat dimaksimalkan menutup sektor kanan yang ditinggalkan Alves saat Barca mendapat kesempatan serangan balik. Tentu saja, dengan hanya menyisakan Pedro dan Messi di depan, ketiadaan penyerang di sektor kanan dapat ditutupi oleh Alves dalam skenario ini.
Akhirnya, walaupun jantung para Barcelonistas lebih banyak diuji oleh serangan-serangan PSG hingga terciptanya gol oleh Pastore, daya magis Messi menjadi penawar dengan kreasi serangan yang diciptakannya sejak masuk lapangan. Selamat, Barca!
Visca Barca!

Jumat, 12 April 2013

Review Barca 1-1 PSG


barca
Barcelona berhasil meraih tiket semifinal Liga Champions setelah bermain imbang dengan tamunya PSG di Camp Nou. Pertandingan yang berlangsung Kamis (11/4) dinihari WIB berkesudahan dengan skor sama kuat 1-1. Namun, Barca diuntungkan karena gol tandang 2-2 di markas PSG pekan lalu (aggregat 3-3).
Tidak hadirnya Messi di lini depan Barca membuat serangan demi serangan yang dilancarkan pasukan Tito Vilanova kurang berbuah hasil. Walaupun tidak masuk dalamstarting XI, nama Messi tetap ada di daftar cadangan Barca.
Permainan tuan rumah Barcelona di babak pertama tampak tidak berkembang dan beberapa kali mendapat ancaman yang cukup berarti dari tim tamu PSG. Babak pertama pun berakhir tanpa gol.
Di paruh kedua, PSG lebih menggencarkan serangannya. Alhasil, di menit 49 anak asuh Carlo Ancelotti berhasil memecah kebuntuan lewat Javier Pastore. Berawal dari umpan terobosan Ibra yang melewatkan dua bek Barca dan bola bisa dikejar oleh Pastore. Dengan sprint sedikit, Pastore pun berhadapan dengan Valdes dan melakukan sontekan yang langsung tembus ke gawang Barca. 0-1 tuan rumah tertinggal.
psg
Saat keadaan tertinggal ini, Barca mencoba bangkit. Tito Vilanova pun memasukkan Messi yang memang telah direncanakan masuk jika memang dibutuhkan. Messi yang dari awal pertandingan sudah terlihat ‘gelisah’ berada di bench pun langsung melakukan pemanasan. Kurang lebih 10 menit pasca gol, pemain yang sebenarnya masih belum fit dan dalam tahap pemulihan cedera hamstring ini masuk menggantikan Cesc Fabregas. Tepuk tangan penonton pun mengiringi masuknya bintang Barca ini. Semua asa penonton pun bergantung pada Messi, pasalnya jika keadaan tertinggal 0-1 ini bertahan hingga akhir, maka langkah Barca di Liga Champions musim ini akan berhenti.
Permainan Barca pun mulai berkembang dan lebih tenang dengan masuknya Sang Mega Bintang. Serangan-serangan yang lebih mengancam pun dilancarkan ke gawang PSG. Akhirnya Barca berhasil menyamakan kedudukan di menit 70 lewat kaki Pedro Rodriguez. Diawali oleh tusukan Messi di pertahanan PSG dan pemain nomor punggung 10 ini melepaskan umpan kepada Villa. Namun, David Villa yang menerima umpan dari Messi terlalu dikepung banyak pemain. Sehingga El Guaje pun memberi bola kepada Pedro dan langsung menembak si kulit bundar dengan keras ke sisi kiri gawang PSG. 1-1 skor sama kuat.
pedro
Keadaan ini pun membuat tim tamu tertekan dikarenakan jika skor bertahan hingga akhir, Barca menjadi lolos karena agresivitas gol tandang. PSG pun mencoba kembali menyerang untuk mencuri gol. Tito Vilanova berduet dengan Jordi Roura di pinggir lapangan tidak tinggal diam, melihat keadaan ini telah menguntungkan Barca. Maka ia memilih untuk bertahan dengan mengganti David Villa dengan Alex Song. Di menit-menit akhir laga pun PSG kembali mencoba menyerang, Sirigu (kiper PSG) pun mencoba bantu penyerangan. Namun sampai peluit panjang ditiupkan wasit, skor tidak berubah 1-1. Barca pun lolos ke babak semifinal Liga Champions dengan aggregat 3-3 (unggul gol tandang). Di babak 4 besar tersebut, Barca kemungkinan akan melawan tim apa pun dari 3 lainnya yang lolos (Dortmund, Munchen, dan Real Madrid).
Semifinal kembali akan diundi pada Jum’at, 12 April 2013. Sedangkan leg 1 akan beralngsung pada 23 dan 24 April, leg 2 pada 30 April dan 1 Mei. Sementara partai puncak akan dihelat di Wembley pada 25 Mei mendatang. Semoga Barca bisa mengulangi sukses dua tahun silam dengan sampai ke partai final di Wembley dan membawa pulang tropi ‘Si Kuping Besar’. Visca Barca!
Susunan Pemain:
Barcelona: Valdes, Alves, Pique, Adriano (’61 Bartra), Alba, Xavi, Busquets, Iniesta, Pedro, Fabregas (’61 Messi), Villa (’84 Song)
PSG: Sirigu, Jallet (’87 Van Der Wiel), Alex, Thiago Silva, Maxwell, Lucas Moura, Verratti (’83 Beckham), Motta, Pastore, Lavezzi (’81 Kevin Gameiro), Ibrahimovic